Monday - Saturday, 8AM to 10PM
Call us now 085659630177

Suka Nonton Konten Horor Tanda Kurang Berpikir? Logika Mistika adalah Tradisi Berfikir Feodal yang Menghambat Kemajuan Bangsa - Tan Malaka, 1943

Opini pribadi Oleh: topik_rohim12

Suka Nonton Konten Horor Tanda Kurang Berpikir? Logika Mistika adalah Tradisi Berfikir Feodal yang Menghambat Kemajuan Bangsa - Tan Malaka, 1943

Kita sering mendengar kata "mistik" di masyarakat kita. Dari cerita-cerita seram di malam Jumat, konten- konten horor di medsos, hingga ramalan-ramalan dari dukun kampung. Tapi, pernahkah kita berpikir kalau logika mistika ini adalah salah satu hal yang bisa menghambat kemajuan bangsa? Tan Malaka, seorang tokoh revolusioner yang visioner, sudah menyuarakan ini sejak tahun 1942. Logika mistika adalah tradisi berpikir feodal yang masih terus melekat dan sayangnya, masih dominan di kalangan masyarakat kita, terutama kaum menengah ke bawah.

Logika Mistika dan Realita Masyarakat

Logika mistika ini bukan sekadar kepercayaan pada hal-hal gaib atau supranatural, tapi lebih pada cara berpikir yang tidak kritis dan rasional. Sebagai contoh, banyak dari kita yang masih percaya bahwa nasib kita ditentukan oleh tanggal lahir atupun zodiac, bukan oleh usaha dan kerja keras kita. Bahkan, tidak jarang kita melihat orang-orang yang lebih percaya pada ramalan dukun daripada saran dokter.

Di era modern ini, di mana informasi bisa didapatkan dengan cepat dan mudah, masih banyak orang yang lebih percaya pada mitos daripada fakta. Misalnya, saat pandemi COVID-19 melanda, ada yang lebih percaya bahwa penyakit ini bisa disembuhkan dengan mandi air garam daripada mengikuti protokol kesehatan yang dianjurkan oleh dokter. Anehnya, mentri kesehatan ,pada saat COVID belum masuk indonesia mengatakan bahwa tidak perlu khawatir COVID-19 masuk indonesia, karena orang-orang kita rajin berdo'a. Ini adalah  contoh bagaimana logika mistika bisa menghambat kita untuk berpikir rasional dan ilmiah. Padahal pada zaman umar ibn khatab, ketika ada suatu wabah di suatu wilayah bernama  Saragh, beliau berkata "Apabila kalian mendengar ada suatu wabah di suatu daerah, maka janganlah kalian mendatanginya. Sebaliknya kalau wabah tersebut berjangkit di suatu daerah sedangkan kalian berada di sana, maka janganlah kalian keluar melarikan diri darinya."

Tradisi Berfikir Feodal

Tan Malaka menyebut logika mistika sebagai tradisi berpikir feodal karena ini adalah warisan dari sistem feodal yang tidak mendorong masyarakat untuk berpikir kritis. Di masa feodal, kekuasaan dan pengetahuan dikuasai oleh segelintir orang, sementara rakyat kebanyakan hanya bisa menerima tanpa banyak bertanya. Ini membuat masyarakat menjadi pasif dan mudah dikendalikan.

Ironisnya, meski kita sudah merdeka dari penjajahan fisik, banyak dari kita yang masih terjajah oleh cara berpikir feodal ini. Kita masih mudah terpengaruh oleh otoritas tanpa mempertanyakan kebenarannya. Kita masih sering mengandalkan 'orang pintar' untuk menyelesaikan masalah-masalah yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan sedikit skeptis, logika dan pengetahuan ilmiah.

Hamparan Realita

Coba lihat sekeliling kita. Berapa banyak dari kita yang masih lebih percaya pada jampi-jampi daripada teknologi? Berapa banyak dari kita yang lebih memilih pergi ke dukun daripada ke dokter? Berapa banyak dari kita yang lebih mempercayai hoaks yang disebar lewat WhatsApp daripada berita resmi dari sumber terpercaya?

Ini adalah realita yang menyedihkan. Di satu sisi, kita ingin maju dan berkembang seperti negara-negara lain. Tapi di sisi lain, kita masih terjebak dalam pola pikir yang kuno dan tidak rasional. Kita ingin teknologi canggih, tapi kita masih takut pada hal-hal yang tidak masuk akal. Kita ingin hidup sehat dan sejahtera, tapi kita masih percaya pada ramuan-ramuan ajaib yang tidak terbukti secara ilmiah.

Agama dan Rasionalitas

Penting untuk diingat bahwa berpikir rasional bukan berarti meninggalkan agama dan spiritualitas. kedua itu adalah hal yang berbeda. Bahkan, dalam agama Islam, ada banyak ajaran yang mendorong umatnya untuk berpikir kritis dan rasional. Contohnya, dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 164, Allah berfirman:

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut membawa apa yang bermanfaat bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh, (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan."

Ayat ini jelas mendorong kita untuk berpikir dan merenung tentang alam semesta dengan logika dan rasionalitas. Ini menunjukkan bahwa berpikir kritis, skeptis dan rasional adalah bagian dari ajaran agama, bukan sesuatu yang bertentangan dengannya.

Penutup

Tan Malaka sudah mengingatkan kita sejak lama bahwa logika mistika adalah tradisi berpikir feodal yang menghambat kemajuan bangsa. Sekarang, saatnya kita membuka mata dan mulai berpikir lebih kritis, skeptis dan rasional. Jangan biarkan logika mistika terus menguasai kita. Mari kita maju bersama, dengan pengetahuan, agama dan teknologi sebagai pemandu kita menuju masa depan yang lebih baik. Perlu diingat, bukan berarti kita tidak boleh untuk menonton film horor ataupun konten-konten bertema horor. selagi kita hanya menganggap itu hiburan dan spkeptis, tidak menilai segala perkara langsung dengan logika mistika, maka itu sah sah saja. Dan perlu diingat juga, berpikir skeptis dan rasional bukan berarti mengenyampingkan agama dalam hal spiritualnya, tapi justru mengikuti ajaran agama untuk menggunakan akal dan logika dalam kehidupan sehari-hari.

yuk! usaha kekinian produk digital dan hasilkan jutaan perhari༼ つ ◕_◕ ༽つ

=> https://lynk.id/topikrohim

Komentari Tulisan Ini
Pimpinan Pesantren Katulistiwa
Muhamad Ali. S.H.I., M.H.I.

  السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاَتُهُ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ الْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ فَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى…