
Meneladani Sifat Umar bin Abdul Aziz: Teladan Kepemimpinan, Keadilan, dan Kedermawanan
artikel oleh: topik_rohim12
Umar bin Abdul Aziz adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah Islam yang memimpin Dinasti Umayyah dari tahun 717 hingga 720 M. Beliau merupakan cucu dari Umar bin Khattab, khalifah kedua yang juga dikenal karena keadilannya. Meski masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz singkat, hanya sekitar dua tahun lima bulan, beliau dikenang sebagai salah satu khalifah paling adil dan bijaksana. Bahkan, banyak sejarawan Islam yang menyebutnya sebagai “Khalifah Kelima,” menyamakannya dengan para khalifah ar-rasyidin yang terkenal akan keadilan dan ketakwaan mereka.
Dilahirkan di Madinah sekitar tahun 682 M, Umar tumbuh dalam lingkungan keluarga yang saleh dan berpendidikan. Ia menerima pengajaran dari para ulama terkemuka di masa itu, yang membentuk pemahaman Islamnya yang mendalam, baik dalam aspek spiritual maupun tata kelola pemerintahan. Ketika diangkat sebagai khalifah, Umar mengubah banyak kebijakan Dinasti Umayyah yang dianggap tidak adil, terutama kebijakan yang memperkaya segelintir elite dan menindas rakyat kecil. Umar bin Abdul Aziz membawa perubahan besar yang fokus pada kesejahteraan dan keadilan sosial.
Jiwa Kepemimpinan yang Bijaksana
Kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz diwarnai oleh prinsip bahwa kekuasaan adalah amanah dari Allah yang harus dijalankan dengan tanggung jawab penuh. Ketika diangkat sebagai khalifah, Umar tidak mencari keuntungan pribadi, melainkan berusaha memperbaiki sistem yang rusak dan memperjuangkan keadilan bagi seluruh rakyatnya.
Salah satu langkah awalnya adalah memecat pejabat-pejabat yang korup dan menggantikannya dengan orang-orang yang memiliki integritas. Umar juga tidak segan-segan menegur atau memecat anggota keluarganya sendiri jika terbukti tidak amanah. Ia percaya bahwa jabatan publik harus dipegang oleh mereka yang jujur dan adil, bukan karena hubungan keluarga atau kekuasaan.
Kebijaksanaan Umar juga tercermin dalam caranya berkomunikasi dengan rakyatnya. Ia sering berdiskusi dengan para ulama dan cendekiawan untuk mencari solusi terbaik atas masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Dengan pendekatan musyawarah ini, Umar berhasil menciptakan pemerintahan yang lebih transparan dan adil.
Keadilan yang Tak Pandang Bulu
Keadilan Umar bin Abdul Aziz adalah salah satu ciri utama kepemimpinannya. Ketika ia diangkat sebagai khalifah, Umar menemukan banyak kebijakan yang tidak adil dan memberatkan rakyat, seperti pajak yang berlebihan dan pengambilalihan tanah milik rakyat kecil oleh pejabat-pejabat pemerintah. Umar segera bertindak untuk membatalkan kebijakan-kebijakan tersebut dan mengembalikan hak-hak rakyat yang dirampas.
Salah satu kisah terkenal yang menggambarkan keadilan Umar bin Abdul Aziz adalah bagaimana ia memperlakukan seorang Yahudi yang rumahnya digusur untuk pembangunan masjid. Umar, yang mengetahui bahwa tanah milik Yahudi tersebut telah diambil secara tidak adil, segera memerintahkan agar pembangunan dihentikan dan rumah tersebut dikembalikan kepada pemiliknya. Meskipun Islam sangat menghormati masjid sebagai tempat ibadah, bagi Umar, keadilan tetap harus ditegakkan tanpa memandang agama atau status sosial. Keputusan Umar ini menunjukkan bahwa dalam Islam, hak setiap individu, termasuk non-Muslim, dilindungi oleh hukum.
Langkah-langkah lainnya yang diambil oleh Umar untuk memperbaiki tatanan sosial meliputi penghapusan pajak yang memberatkan non-Muslim (jizyah) yang telah memeluk Islam, yang sebelumnya masih dipungut oleh beberapa pejabat Umayyah. Ini mencerminkan pemahaman mendalam Umar tentang hak dan kewajiban dalam masyarakat, serta tekadnya untuk melindungi hak-hak seluruh rakyat.
Kedermawanan yang Tulus
Kedermawanan Umar bin Abdul Aziz juga menjadi salah satu ciri yang menonjol dalam kepemimpinannya. Berbeda dengan penguasa lainnya yang sering menggunakan kekuasaan untuk memperkaya diri, Umar memilih hidup sederhana dan menggunakan sumber daya negara untuk membantu rakyatnya. Seluruh gajinya sebagai khalifah disumbangkan untuk kesejahteraan masyarakat. Bahkan, Umar sering kali menggunakan hartanya sendiri untuk memenuhi kebutuhan rakyat yang membutuhkan.
Kisah lain yang terkenal adalah bagaimana Umar mengatur distribusi zakat pada masanya. Di bawah pemerintahannya, zakat dikelola dengan sangat baik, sehingga di beberapa wilayah, hampir tidak ditemukan orang miskin yang berhak menerima zakat karena kebutuhan mereka telah terpenuhi. Kebijakan ini tidak hanya mencerminkan kedermawanan Umar, tetapi juga efektivitas pemerintahan yang dikelolanya dalam menciptakan kesejahteraan sosial yang merata.
Umar juga sangat peka terhadap kebutuhan sosial. Ia memperhatikan tidak hanya kesejahteraan ekonomi rakyat, tetapi juga kesejahteraan moral dan spiritual mereka. Umar memprioritaskan pendidikan dan kesejahteraan umat secara keseluruhan, menunjukkan betapa pedulinya ia terhadap pembangunan karakter umat.
Kesederhanaan yang Menginspirasi
Meski menjabat sebagai khalifah, Umar bin Abdul Aziz memilih untuk hidup dalam kesederhanaan. Ia menolak segala bentuk kemewahan dan fasilitas berlebihan yang biasanya dinikmati oleh para penguasa. Pakaian yang dikenakannya sederhana, dan rumahnya pun jauh dari kesan mewah. Umar percaya bahwa seorang pemimpin harus hidup dengan cara yang tidak jauh berbeda dari rakyatnya, agar dapat memahami kesulitan yang mereka hadapi.
Kesederhanaan Umar tidak hanya ditunjukkan dalam hal materi, tetapi juga dalam cara ia bersikap. Ia selalu rendah hati dan bersedia mendengar keluhan serta masukan dari rakyatnya. Sikap ini sangat bertolak belakang dengan para penguasa lainnya yang sering kali berjarak dari rakyat dan sibuk dengan urusan pribadi atau politik.
Meneladani Umar bin Abdul Aziz dalam Kehidupan Sehari-hari
Kisah-kisah dari kehidupan Umar bin Abdul Aziz mengandung banyak pelajaran yang relevan untuk kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ada beberapa hal yang bisa kita contoh dari sifat-sifat mulia beliau:
-
Menegakkan Keadilan Tanpa Pandang Bulu
Seperti yang dicontohkan dalam kasus rumah Yahudi yang digusur, keadilan harus ditegakkan bagi setiap orang, terlepas dari agama, status sosial, atau kekuasaan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa meneladani Umar dengan selalu berusaha berlaku adil, baik dalam keluarga, lingkungan kerja, maupun masyarakat. -
Kedermawanan yang Ikhlas
Kedermawanan Umar bin Abdul Aziz mengajarkan kita bahwa berbagi kepada sesama tidak harus selalu dalam bentuk materi yang besar, tetapi juga bisa berupa perhatian dan kasih sayang. Berbagi dengan tulus adalah salah satu cara untuk menciptakan kebahagiaan bersama dan menjalin hubungan yang lebih baik dengan orang lain. -
Kesederhanaan yang Membawa Kedamaian
Di tengah-tengah kehidupan modern yang dipenuhi dengan hasrat untuk memiliki lebih banyak, kesederhanaan Umar bin Abdul Aziz menjadi teladan yang patut kita tiru. Hidup sederhana, merasa cukup dengan apa yang kita miliki, dan bersyukur atas nikmat yang ada dapat membawa ketenangan dan kebahagiaan yang lebih sejati. -
Pemimpin yang Bertanggung Jawab dan Amanah
Bagi siapa pun yang memiliki tanggung jawab kepemimpinan, baik di rumah, di tempat kerja, atau di masyarakat, meneladani Umar berarti menjadi pemimpin yang selalu memikirkan kesejahteraan orang lain, menjalankan tugas dengan jujur, dan tidak mencari keuntungan pribadi.
Kesimpulan
Umar bin Abdul Aziz adalah salah satu pemimpin besar dalam sejarah Islam yang meninggalkan jejak yang tak terlupakan. Dengan sifat-sifat seperti keadilan, kedermawanan, kesederhanaan, dan kepemimpinan yang bijaksana, Umar memberikan teladan yang sangat relevan untuk kita teladani dalam kehidupan sehari-hari. Kepemimpinannya yang penuh integritas dan keadilan menjadi inspirasi tidak hanya bagi pemimpin politik, tetapi juga bagi setiap individu yang ingin hidup dengan prinsip-prinsip mulia.
ikuti juga media sosial pesantren katulistiwa yang lain
Komentari Tulisan Ini
Pimpinan Pesantren Katulistiwa

Muhamad Ali. S.H.I., M.H.I.
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاَتُهُ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ الْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ فَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى…